Halaman

Senin, 27 Februari 2012

REZEKI DAN MACAM-MACAMNYA


Kegiatan manusia yang paling menonjol dalam kehidupan di dunia ini adalah bekerja mencari rizki. Dari pagi hari hingga sore hari manusia bekerja dalam berbagai bidang pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup manusia seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal merupakan kebutuhan primer yang selalu dicari dan diupayakan untuk dapat terpenuhi setiap hari. Hampir setiap orang juga selalu membutuhkan biaya transportasi, biaya pendidikan, dan biaya hiburan. Untuk terpenuhi kebutuhan tersebut, hampir setiap orang rela bekerja dengan tekun setiap hari. 
Dari segi semangatnya, sebagian orang bekerja dengan rajin, penuh semangat, dan sebagian lagi kurang rajin, dan ada pula yang malas. Dari segi cara bekerja, sebagian orang bekerja dengan menggunakan kekuatan tenaganya, sebagian lagi menggunakan keterampilan tangannya, dan sebagian lagi cukup dengan menggunakan kemampuan akal pikirannya. 
Bidang pekerjaan pun bermacam-macam, dan berkembang terus seiring dengan tuntutan kehidupan. Pada masyarakat tradisional, sumber rizki lebih menonjol pada bidang pertanian, perkebuanan, perternakan, perikanan dan sejenisnya. Pada masyarakat yang lebih maju, pekerjaan di bidang keterampilan dan industri merupakan sumber rizki yang banyak dipilih. Dan pada masyarakat modern, banyak orang yang memilih bidang jasa sebagai sumber rizki. 
 Kemudian, bagaimana perolehan rizki dari hasil kerja mereka? Ternyata hasilnya tidaklah sama. Sebagian mereka memperoleh penghasilan sedikit, sehingga hidup mereka serba kekurangan. Sebagian lagi memproleh rizki cukup banyak, sehingga mereka dapat hidup layak dan sebagian lagi memperoleh penghasilah yang sangat banyak, bahkan berlebih sehingga menjadi orang kaya, mampu menolong dan menyantuni orang lain. Itulah rizki yang ia terima, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. 
Dan masalah rizki, Alloh Swt berfirman di dalam Al-Qur'an:
"Dan tidak ada suatu binatang (makhluk) yang melata di bumi ini, melainkan Allohlah yang menjamin rizkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam dan penyimpanannya. Semua tertulis dalam Kitab yang nyata."
 (Qs. Hud : 6)

"Katakanlah, sesungguhnya Tuhanku yang melapangkan rizki dan menyempitkan rizki bagi yang dikehendaki-Nya, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."
(Qs.Saba : 36)

"Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebarlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Alloh (rizki), dan ingatlah Alloh sebanyak-banyaknya agar supaya kamu beruntung."
(Qs. Al-Jumu'ah: 10)

Dan ingatlah tatkala Tuhanmu mema’lumkan : Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti aku akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya siksa-Ku lebih pedih.”
 (Qs. Ibrahim : 7)
Dan tentu masih banyak lagi ayat-ayat Al-Qur’an yang berkenaan dengan rizki, baik yang berupa penekanan bahwa Alloh Swt Yang Maha Pemberi Rizki, maupun yang berupa perintah agar manusia selalu berupaya manjemput rizki, serta ayat yang berupa janji Alloh akan memberikan rizki tanpa hisab.
Berdasarkan ayat-ayat tentang rizki tersebut di atas, maka rizki dapat diklasifikasikan dalam 3 macam: 

1.     Rizki yang dijaminkan

Berdasarkan firman Alloh Swt (Qs. Hud ayat 6), Alloh Swt sebagai Maha pencipta dengan sifat kasih dan sayangnya menjamin tersedianya rizki bagi seluruh makhluk di atas bumi ini. Dengan meyakini ayat-ayat yang berkenaan dengan jaminan rizki tersebut, maka kaum Muslimin yakin dan penuh tawakkal dalam masalah rizki, serta merasa tenang hidupnya.

2.     Rizki yang digantungkan dan diperoleh melalui proses bekerja

Berdasarkan ayat Al-Qur’an Surat Al-Jumuah ayat 10, Alloh Swt memerintahkan orang-orang yang beriman agar berupaya mencari karunia (Rizki) dari Alloh Swt. Maka kaum Muslimin dan seluruh umat manusia harus keluar dari rumah, bertebaran ke berbagai tempat, berupaya dan bekerja sesuai bidang masing-masing, dengan penuh semangat mencari dan meraih rizki yang digantungkan tersebut. Untuk itu, maka harus dipelajari pula berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi serta keterampilan, agar supaya memperoleh rizki yang lebih besar, menjadi orang kaya, sehingga mampu melaksanakan   berbagai perintah Alloh dan bisa memberi manfaat lebih banyak bagi orang lain.
Firman Alloh Swt :

“.....Sesungguhnya Alloh tidak akan merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada mereka sendiri.”
(Surat Ar-Ra’du : 11)

“Dan sesungguhnya seorang manusia tidak akan memperoleh selain yang diusahakannya. Dan bahwasannya usahanya itu kelak akan diperlihatkannya.”
(Surat An-Najm: 39,40)

Bagi laki-laki akan mendapatkan bagian dari apa yang mereka usahakan, dan wanitapun akan memperoleh bagian dari yang mereka usahakan. Mintalah kepada Alloh sebagian dari karunia-Nya. Karena Alloh amat mengetahui tiap-tiap sesuatu.”
(Surat An-Nisaa: 32)

Dan berbagai penlitian membuktikan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara tingkat keterampilan dan kepandaian seseorang dengan memperoleh rizki dari hasil kerjanya. 

3.     Rizki yang dijanjikan Alloh Swt.

Cukup banyak firman Alloh Swt yang menjanjikan tambahan rizki sebagi balasan orang yang senang bersyukur, berinfak, bersedekah atas rizki yang dimilikinya. Dengan meyakini ayat-ayat tentang rizki yang dijanjikan tersebut, maka kaum Muslimin diharuskan memperbanyak beramal dalam berinfak dan bershadaqah., memberikan makan bagi fakir miskin, membangun mesjid, madrasah, dan lain-lain. senang beramal dengan sebagian hartanya, selain rasa syukur dan ketaatan serta perintah Alloh Swt, juga karena adanya keyakinan bahwa Alloh Swt akan memberikan pahala serta balasan baik di dunia maupun di akhirat kelak. 

“Barangsiapa bertaqwa kepada Alloh, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberikan rizki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Alloh, niscaya Dia akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Alloh melaksanakan urusan (yang dukehendaki-Nya). Sesungguhnya Alloh telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”
(Surat Ath-Thalaq : 2,3)



Wallohu A’lam

Jumat, 24 Februari 2012

KISAH-KISAH NYATA MENGENAI KEMATIAN



1.     Kematian yang tiba-tiba:
Seorang anggota parlemen dalam kondisi kesehatan yang prima, penuh energik dan memiliki etos kerja sangat tinggi, orangnya masih muda. Namun, tiba-tiba virus ganas menyerang otaknya. Tak berlangsung lama, virus tersebut berubah menjadi segumpal daging. Anggota parlemen itu akhirnya tidak berdaya dan meninggal dengan cara yang amat mengenaskan.

2.     Kematian tak kenal orang sehat sehat atau sakit:

Seorang komandan tinggi dijajaran angkatan bersenjata, ia tidak pernah mengeluhkan suatu penyakit apapun, tubuhnya padat berisi, otot-ototnya kekar, lincah dan gesit dalam melakukan tugas diteritorialnya. Seperti biasa , pada suatu malam, ia pergi tidur. Di pagi hari, sang ibu membangunkannya. Tak ada jawaban. Apa yang terjadi ? ternyata tubuhnya telah dingin dan terbujur kaku. Tidur itu mengahantarkan pada kematian yang tak akan kembali lagi.

3.      Temanku mati terbakar

Abu Abdillah berkata : “ Aku tak tahu, bagaimana harus menuturkan kisah ini padamu. Kisah yang pernah aku alami sendiri beberapa tahun yang lalu, sehingga mengubah total perjalanan hidupku, sebenarnya aku tak ingin menceritakannya, tapi demi tanggung jawab di hadapan Allah, dan peringatan bagi para pemuda yang mendurhakai Allah dan demi pelajaran bagi para gadis yang mengejar bayangan semu, yang disebut cinta, maka aku ungkapkan kisah ini.
Ketika itu, kami tiga sekawan. Yang mengumpulkan kami adalah kesamaan nafsu dan kesia-siaan. Oh tidak, kami berempat satunya lagi adalah setan.
Kami berburu gadis-gadis. Mereka kami rayu dengan kata-kata manis, hingga mereka takluk, lalu kami bawa ke sebuah taman kecil terpencil. Di sana kami berubah menjadi serigala-serigala  yang tak menaruh belas kasihan mendengar rintihan permohonan mereka, hati dan perasaan kami sudah mati.
 Begitulah hari-hari kami di taman, di tenda atau dalam mobil yang di parkir di pinggir pantai. Sampai suatu hari, yang tak pernah saya bisa melupakannya, seperti biasa kami pergi ke taman. Seperti biasa pula, masing-masing kami menyantap satu mangsa gadis, di temani minunan laknat. Satu hal kami lupa saat itu, makanan. Segera salah seorang di antara kami bergegas membeli makanan dengan mengendarai mobilnya. Saat ia berangkat. Jam menunjukkan pukul enam sore. Beberapa jam berlalu, tapi taman kami itu belum juga kembali. Pukul sepuluh malam , hatiku mulai tak enak dan gusar. Maka aku  segera membawa mobil untuk mencarinya, di tengah perjalanan, di kejauhan aku melihat jilatan api, aku mencoba mendekat.
Astaghfirullah, aku hampir tak percaya dengan yang kulihat. Ternyata api itu bersumber dari mobil temanku yang terbalik dan terbakar. Aku panik seperti orang gila. Aku segera mengeluarkan tubuh temanku dari mobilnya yang masih menyala. Aku ngeri tatkala melihat separuh tubuhnya masak terpanggang api. Kubopong tubuhnya lalu kuletakkan di tanah.
Sejenak kemudian, dia berusaha membuka kedua belah matanya, ia berbisik lirih : “ api …., api ……!
Aku memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit dengan mobilku. Tetapi dengan suara campur tangis, ia mencegah: “ Tak ada gunanya .. aku tak akan sampai …!
Air mataku tumpah, aku harus menyaksikan temanku  meninggal di hadapanku. Di tengah kepanikanku, tiba-tiba ia berteriak lemah: “ apa yang mesti kukatakan kepadaNya? Apa yang mesti kukatakan padaNya?
Aku memandanginya penuh keheranan. “ siapa ? Tanyaku. Dengan suara yang seakan  berasal dari sumur yang amat dalam, dia menjawab : “Allah!”
Aku merinding ketakutan. Tubuh dan perasaanku terguncang keras. Tiba-tiba temanku itu menjerit, gemanya menyelusup kesetiap relung malam yang gulita, lalu kudengar teriakan  nafasnya yang terakhir : “ Innaalillaahi wa’inna ilaihi raajiuun.”
Setelah itu, hari-hari berlalu seperti sedia kala, tetapi bayangan temanku yang meninggal, jerit kesakitannya, api yang membakarnya, dan lolongannya” apa yang harus kukatakan padaNya ? Apa yang harus kukatakan padaNya? Seakan terus membuntuti setiap gerak dan diamku.
Pada diriku sendiri aku bertanya: “ Aku …apa yang harus kukatakan padaNya?
Air mataku menetes lalu sebuah getaran aneh menjalari jiwaku. Saat puncak perenungan itulah, sayup-sayup aku mendengar adzan subuh menggema: Allahu Akbar, Allahu Akbar, Asyhadu alla ilaaha illa Allah …. Asyhadu Anna Muhammadar Rasuulullah, Hayya ‘ Alash Shalaah …”
Aku merasa bahwa adzan itu hanya ditujukan pada diriku saja. Mengajakku menyingkap fase kehidupanku yang kelam, mengajakku pada jalan cahaya dan hidayah. Aku segera bangkit mandi dan wudhu, mensucikan tubuhku dari noda-noda kehinaan yang menenggelamku selama bertahun-tahun.
Sejak saat itu, aku tak pernah lagi meninggalkan shalat. Aku memuji Allah, yang tidak layak dipuji selain Dia. Aku telah menjadi manusia lain. Maha Suci Allah yang mengubah berbagai keadaan. Dengan seizing Allah , aku telah menunaikan umrah. Insya Allah aku akan melaksanakan haji dalam waktu dekat, siapa yang tahu ? umur ada di tangan Alloh ? [[1]].
4.     Kesudahan yang berlawanan:

Tatkala masih di bangku sekolah, aku hidup bersama kedua orang tuaku dalam lingkungan yang baik. Aku selalu mendengar do’a ibuku saat pulang dari keluyuran dan begadang malam. Demikian pula ayahku, ia selalu dalam shalatnya yang panjang. Aku heran mengapa ayah shalat begitu lama, apa lagi jika saat musim dingin yang menyengat tulang.
    Aku sungguh heran, bahkan hingga aku berkata kepada diriku sendiri : “ alangkah sabarnya mereka …. Setiap hari begitu ….. benar-benar mengherankan!.
    Aku belum tahu bahwa di situlah kebahagiaan orang mukmin, dan itulah shalat-shalat orang-orang pilihan… mereka bangkit dari tempat tidurnya untuk bermunajat kepada Allah.
    Setelah menjalani pendidikan militer, aku tumbuh sebagai pemuda yang matang. Tetapi diriku semakin jauh dari Allah.padahal berbagai nasihat kuterima dan kudengar dari waktu ke waktu.
    Setelah tamat dari pendidikan, aku ditugaskan di kota yang jauh dari kotaku. Perkenalanku dengan teman-teman sekerja membuatku agak ringan menanggung beban sebagai orang terasing.
    Di sana, aku tak mendengar lagi suara bacaan Al Qur’an. Tak ada lagi suara ibu yang membangunkan dan menyuruhku shalat. Aku benar-benar hidup sendirian jauh dari lingkungan keluarga yang dulu kami nikmati.
    Aku ditugasi mengatur lalu lintas di jalan tol. Di samping menjaga keamanan jalan. Tugasku membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan. Pekerjaan baruku sungguh menyenangkan, aku lakukan tugas-tugasku dengan semangat dan dedikasi tinggi, tetapi hidupku bagaikan di ombang- ambingkan ombak.
    Aku bingung dan sering melamun sendirian… bayak waktu luang …. Pengetahuanku terbatas.
    Aku mulai jenuh… tak ada yang menuntunku di bidang agama. Aku sebatang kara. Hampir setiap hari yang kusaksikan hanya kecelakaan dan orang-orang yang mengadu kecopetan atau bentuk-bentuk penganiayaan lain. Aku bosan dengan rutinitas. Sampai suatu hari terjadilah sebuah peristiwa yang hingga kini tak pernah kulupakan.
    Ketika itu, kami dengan seorang kawan sedang bertugas di sebuah pos jalan. Kami asyik ngobrol … tiba –tiba kami dikagetkan oleh sebuah benturan yang amat keras, kami mengedarkan pandangan. Ternyata sebuah mobil bertabrakan dengan mobil lain yang meluncur dari arah yang berlawanan. Kami segera berlari menuju tempat kejadian untuk menolong korban.
    Kejadian yang sungguh tragis. Kami lihat dua awak salah satu mobil dalam kondisi sangat kritis, keduanya segera kami keluarkan dari mobil lalu kami bujurkan di tanah.
    Kami cepat-cepat menuju mobil satunya. Ternyata pengemudinya telah tewas dengan amat mengerikan. Kami kembali kepada dua orang yang berada dalam kondisi koma. Temanku menuntun mereka mengucapkan kalimat syahadat.
    Ucapkanlah : “Laailaaha Illallaah … laailaaha illallaah perintah temanku.
    Tetapi sungguh mengherankan, dari mulutnya malah meluncur lagu-lagu. Keadaan ini membuatku merinding. Temanku tampaknya sudah biasa menghadapi orang-orang yang sekarat… kembali ia menuntun korban itu membaca syahadat.
    Aku diam membisu, aku tak berkutik dengan pandangan nanar. Seumur hidupku, aku belum pernah menyaksikan  orang yang sedang sekarat, apalagi dengan kondisi seperti ini. Temanku terus menuntun keduanya mengulang-ulang bacaan syahadat , tetapi … keduanya tetap terus saja melantunkan lagu tak ada gunanya…
    Suara lagunya terdengar semakin melemah.. lemah dan lemah sekali. Orang pertama diam, tak bersuara lagi, disusul orang kedua. Tak ada gerak … keduanya telah meninggal dunia.
    Kami segera membawa mereka  ke dalam mobil. Temanku menunduk, ia tak berbicara sepatah katapun. Selama perjalanannya ada kebisuan, hening.
    Kesucian pecah ketika temanku mulai bicara. Ia berbicara tentang hakikat kematian dan su’ul khatimah ( kesudahan yang buruk ) . ia berkata : “ Manusia akan mengakhiri hidupnya………


([1] )           Lisy Syababi Faqoth ( Hal : 7-10)

Rabu, 22 Februari 2012

Sains Membuktikan Kebenaran Al-Qur'an



Seorang guru besar/ahli bedah kenamaan prancis, Prof. Dr. maurice Bucaille, masuk Islam secara diam-diam. Sebelumnya, ia membaca dalam Al-Qur'an, bahwa Fir'aun itu mati karena tenggelam di laut (dengan shock yang berat) dan jasadnya oleh Alloh diselamatkan (Yunus :92). Dicarinya mumi Fir'aun itu, dan setelah ketemu dilakukannya bedah mayat. Hasilnya membuat ia terheran-heran, karena sel-sel syaraf Fir'aun menunjukan bahwa kematiannnya benar akibat tenggelam di laut dengan shock yang hebat. Prof. Dr. Maurice Bucaille mengatakan bahwa semua ayat Al-Qur'an masuk akal dan mendorong sains untuk maju. Ia pun lantas masuk Islam. 

Lain halnya yang dialami oleh Jasques Yves Costeau. Ia adalah seorang ahli kelautan (Oceanografer) dan ahli selam terkemuka dari Prancis. Mr. Costeau sepanjang hidupnya menyelam ke berbagai dasar samudera di seantero dunia, dan membuat film dokumenter tentang keindahan alam bawah laut untuk ditonton oleh jutaan pemirsa di seluruh dunia melalui acara "Discovery". Pada suatu hari ketika sedang melakakukan ekloplorasi di bawah laut, ia menemukan fenomena yang sangat ganjil, yaitu adanya air tawar di tengah lautan yang tidak bercampur dengan air laut, seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya. apa yang disaksikan ini benar-benar kejutan besar selama kariernya yang panjang di lautan. Bagaimana mungkin hal ini dapat terjadi? pertanyaan ini menghantui hidupnya, sampai akhirnya ia bertemu seorang Profesor Muslim. Profesor Muslim ini menyampaikan kepadanya bahwa fenomena ganjil tersebut sudah diinformasikan oleh Al-Qur'an 14 Abad yang lalu, yaitu pada Surat Al-Furqan ayat 53 : "Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan)' yang tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi."   Serta Surat Ar-Rahman ayat 19-20. Mendengar hal ini Mr. Cousteau terkejut, bagaiman mungkin Muhammad yang hidup di abad ketujuh , yaitu suatu zaman dimana pasti belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh dari kedalaman samudera mengtahui akan hal ini. Ia pun akhirnya berkesimpulan, bahwa Al-Qur'an mustahil buatan Muhammad, dan pastilah Al-Qur'an itu buatan Tuhan yang menciptakan langit dan bumi ini !! Dan akhirnya ia pun memutuskan menjadi seorang Muslim. Alhamdulillaah.

MEMAHAMI MAKNA TAQDIR


Apakah Alloh menetapkan segala sesuatu yang bakal kita dialami oleh seseorang dalam kehidupannya di dunia? jawabannya adalah Tidak !
harap diingat, Campur tangan Alloh tidaklah sampai Dia melanggar janji-Nya sendiri. Bukankah ia memberikan peluang dan kesempatan yang sama pada setiap manusia untuk memperoleh syurga?
Alloh boleh-boleh saja menentukan si Fulan itu miskin, terserang kanker ganas ataupun tertabrak mobil. Tetapi Dia tidak mungkin kalau menentukan si Fulan itu menjadi murtad, atau menjadi penjahat, ataupun menjadi mucikari, ataupun menentukan si fulan menjadi penyembah berhala. Karena kalau kebathilan seperti ini ditakdirkan Alloh menimpa si fulan, maka sama saja artinya Alloh mentakdirkan si fulan tersebut menjadi penghuni neraka! Ini jelas-jelas melanggar ke Maha Adilan-Nya. Tetapi bila seseorang itu memilih menjadi murtad, atau menjadi musyrik, kemudian disesatkan oleh Alloh lantaran pilihan kebathilannya itu, hal ini adalah wajar-wajar saja.

Jadi takdir Alloh itu memang ada. Alloh Tidak diragukan lagi  Memang "campur tangan" dalam perjalanan hidup anak Adam di dunia ini, namun "campur tangan-Nya" itu tidaklah di semua kejadian. Sangat tidak mungkin Alloh mentakdirkan seseorang dengan ketentuan yang bersifat bathil seperti misalnya menjadi penjahat, murtad ataupun musyrik. Karena bila demikian, orang ini pasti masuk neraka. Campur tangan Alloh menentukan apa yang akan menimpa seseorang. Namun sebatas yang tidak menyebabkan orang itu masuk neraka. Misalnya Alloh menentukan kemiskinan atau kekayaan, penyakit, kegagalan atau kesuksesan dan lain-lain. Bukankah takdir yang demikian itu tidak menyebabkan orang kehilangan kesempatan untuk mendapatkan syurga?

Dengan demikian dapatlah dimengerti, Alloh tidak campur tangan menetapkan kebathilan yang dilakukan oleh menusia. Manusia itu sendirilah yang memutuskan mau menjadi koruptor, penjahat, murtad ataupun musyrik. Adapun lantaran perbuatan bathilnya itu  lalu disesatkan oleh Alloh, hal ini adalah wajar-wajar saja:

"Alloh menyesatkan orang-orang Dzalim"  Qs. Ibrahim (14) :27
"Alloh menyesatkan orang-orang yang melampaui batas"   Qs. Al-Mu'min (40):34

Kita tahu, semua kebaikan berasal dari Alloh, sedangkan keburukan akibat perbuatan kita sendiri (An-Nisa : 79). Apa yang dimaksud dengan keburukan? inilah kunci utama memahami takdir Alloh, "Keburukan itu pada hakikatnya adalah segala sesuatu yang menyebabkan orang dapat masuk neraka." Musibah, penyakit, kegagalan, kematian istri atau suami, bukanlah suatu keburukan, karena hal ini tidak membuat orang masuk neraka; justru kejadian ini bila ia pandai "Menterjemahkan" kehendak Alloh yang menimpa dirinya itu akan membuat jiwanya menjadi semakin matang. 


Jadi mulai dari sekarang, apakah kita akan menyalahkan Alloh karena kita belum bisa mentataati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya? Apakah kita hanya mengharap hidayah, tapi kita tidak mau Menjemput Hidayah


Wallohu A'lam Bishshowab

^_^

Selasa, 21 Februari 2012

Bersyukur Yuuuuk !!! ^_^



Bersyukur adalah salah satu istilah yang sudah sangat akrab di telinga kita. namun, apakah pemahaman kita tentang arti bersyukur itu sudah merasuk pula ke dalam jiwa kita??






Untuk memahami makna bersyukur, bayangkanlah ilustrasi berikut ini :
Ada 2 orang tuna karya, katakanlah seorang bernama Mungkar dan yang seorang lagi bernama Soleh. mereka meminta pertolongan kita untuk mencarikan kerja. kebetulan kita mempunyai beberapa teman yang baik yang menjabat Direktur di beberapa perusahaan. singkat cerita, berkat 'Perjuangan' dari kita, maka akhirnya Mungkar dan Soleh diterima bekerja di kantor teman kita itu. meskipun sudah kita tolong, namun si mungkar itu tidak menunjukan rasa terima kasihnya sedikit pun kepada kita (mungkin dia menganggap pertolongan kita itu bukan hal yang istimewa). kemudian hari bahkan kita menerima Complain dari teman kita itu bahwa si mungkar sering mangkir dan melakukan perbuatan tercela yang merugikan perusahaan. lain halnya dengan si soleh. si soleh itu berkali-kali menyatakan terima kasih kepada kita (bahkan sampai berurai air mata). kemudian hari pun kita mendapat laporan dari teman kita yang Direktur itu, bahwa ia beruntung sekali mendapat pegawai seperti si soleh karena orangnya rajin, tekun dan jujur dalam bekerja (bahkan akhirnya diadikan tangan kanannya) bila akhirnya si Mungkar di pecat dari kantornya, niscaya kita tidak akan mau lagi merekomendasikannya bekerja di kantor manapun. tetapi sebaliknya, bila seandainya si Soleh kehilangan pekerjaannya karena perusahaan tempat bekerjanya itu bangkrut, maka tentu kita akan berusaha mencarikan pekerjaan yang lain untuknya. bahkan misalnya bila ada perusahaan lain yang mendapatkan jaminan yang lebih baik, maka tentu kita akan membantu agar si Soleh pindah ke tempat yang lebih baik lagi. 
Dari ilustrasi ini, dapat ditarik kesimpulan umum, bahwa bila "Si Pemberi Nikmat" di buat kecewa oleh tindakan kita, maka tentu ia tidak mau menolong atau memberi sesuatu lagi keada kita. 
sekarang marilah kita introspeksi untuk menghitung-hitung nikmat yang telah  diberikan Alloh keada kita selama ini. berapa banyak nikmat Alloh yang telah diberikan kepada kita tetapi tidak diberikan kepada orang lain. apakah ada pemberian dari manusia yang melebihi nikmat yang diberikan Alloh? hati-hatilah, jangan sampai kita termasuk orang yang dimaksud dalam firman-Nya :


Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat.”
Al-Hajj (22) : 38



*Bahan Renungan Kalbu; Penghantar Mencapai Pencerahan Jiwa.